Last Gift [3/?]

LAST GIFT part 3
Author: Hyominstal/Anita Minhyo Minstal
Rating: PG 14 or PG 15
Genre: family, friendship, romance
Cast: Im YoonA
Kim Kibum
Lee Donghae
Jung Jessica
Choi Siwon
Tiffany Hwang
Jung Yunho
Kim Jaejoong
Kim Sungyoung
Jung Seungli
Kevin Woo
Etc.
Karena saya lagi semangat-semangatnya bikin ff, jadi deh bikin lanjutan last gift. Oh iya, jika tidak ada yang mengerti dengan konflik yang terjadi di ff ini, silahkan bertanya ke acc fbku: Anita Minhyo Minstal. Atau twitterku: @hyominstal. Aduh kok jadi promosi gini? Langsung baca aja yuk!!

___

“Yunho Oppa?”
Kedua mata sipit yang selalu dihiasi eyesmile itu membelalak kaget. Tangannya bergetar, terkepal pula. Wajahnya merah memanas menahan air mata.
“Appa!!” keheningan di antara keduanya terhenti ketika Seungli memanggil Yunho. Nafas Tiffany tercekat begitu mengetahui Seungli, teman Sulli memanggil Yunho dengan sebutan ‘Appa’.
“kau mengagetkan appa saja Seungli. Ada apa?” tampak sekali ketegangan pada Yunho, melihat wajahnya yang pucat pasih.
“Appa sakit? Kalau begitu ayo kita pulang. Ehh… Fany ahjumma?” Seungli tampaknya menyadari sosok lain di depan Yunho. Tiffany yang baru sadar dari lamunannya menatap Seungli.
“ah ada apa Seungli-ya?”
“ahjumma teman ayahku?”
Yunho dan Tiffany saling menatap seolah mengisyaratkan sekarang-bukan-waktu-yang-tepat-untuk-memberitahunya.
“ahh iya Seungli-ya. Appamu teman lama ahjumma” Tiffany memaksakan seulas senyum pada Seungli. ‘sekaligus cinta lamaku’ batin Tiffany.
“ahjumma, sepertinya ayahku kurang baik, hidungnya saja sampai mimisan mungkin karena melihat ahjumma yang cantik, hehehe” Yunho memegangi hidungnya, benar saja darah segar mengalir dari hidungnya.
“kau ini bisa saja memujiku Seungli-ya”
“karena dia tidak pernah melihatku seperti ini pada wanita, karena dia tidak tahu ibunya dimana. Ah Seungli-ya, ayo kita pulang” Tiffany membeku di tempat. Ucpan Yunho sebelum dia pergi seperti menyinggungnya.
“maafkan aku…”
***
Berulang kali tangannya naik turun ke atas-bawah. Seakan dibanjiri pikiran mengetuk atau tidak. Kevin menutup matanya bak seorang biksu yang berdoa secara khusu untuk mendapatkan petunjuk.
Dia akan berterima kasih jika yang membuka adalah SungYoung, tapi bagaimana jika yang membuka pintu adalah….
Ceklekk
“YoonA ahjumma?” belum sempat dia menyebut nama YoonA, empu pemilik nama sudah keluar.
“sedang apa kau kesini?” YoonA menaikkan sebelah alisnya, kaki beralas sendal rumah dia ketukan ke lantai keramik. “SungYoung sekolah, dia tidak ada di rumah” YoonA hendak menutup kembali pintu rumahnya.
“bukan. Aku.. ak.. ku kemari untuk…. membantu ahjumma memasak” seakan tidak percaya dengan yang Kevin ucapkan, YoonA mengernyitkan dahinya. Tumben Kevin yang sudah dia anggap anak sendiri ingin membantunya. “benarkah? Kalau benar ayo masuk”
=.=
“ahjumma ingin membuat kue tart untuk siapa?” Kevin memandang kue yang belum dilapisi whipped Cream.
“untuk Kim Kibum..” jawab YoonA sambil membawa whipped Cream untuk dia gunakan menghias kue.
“romatis sekali membuat kue untuk suami setelah pulang bekerja” Kevin tersenyum dan menerawang di masa depan bagaimana jika nanti dia menikah dengan SungYoung, dan setelah selesai pulang kerja dia dibuatkan kue tart oleh SungYoung sama seperti ibu wanita itu.
“memangnya nama Kim Kibum hanya suamiku saja? kalau kau bodoh seperti ini, aku menyesal mengadopsimu dari Amerika”
Kevin tampak tak senang dengan apa yang dibicarakan YoonA.
“lalu siapa?”
“Key, dia anak dari temannya Kibum Oppa” YoonA menyimpan kembali whipped Cream itu kemudian dia menambahkan cherry dan diberi tulisan selamat datang Kim Kibum dalam huruf hangeulnya.
Key? Sepertinya Kevin pernah mendengar nama itu. Ah bukan, bukan kunci yang ada di rumahnya tapi..
“maksud ahjumma Kim Key Bum?” nampaknya dia tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ah sudah lama dia merindukan sahabatnya ketika di Amerika dulu.
Kriing..kriingg
Kevin dan YoonA saling menatap.
“biar aku saja yang mengangkat” ucap Kevin kemudian dia menghampiri meja telepon dekat ruang tamu. Mengangkat pesawat telepon itu dan menempelkannya di telinga.
“Yoboseyo?”
“Kevin?”
“iya aku Kevin, ini Kibum ahjussi ya?”
“iya ini aku. Kau bisa antarkan mobil ahjussi ke tempat kerja ahjussi?”
Rasanya sulit untuk mengatakan iya, padahal dia kesini untuk menjemput SungYoung. Baiklah, setelah dia mengantarkan mobil kibum, dia akan langsung menjemput putrinya.
“baiklah, ahjussi aku akan kesana”.
***
Jessica memandang kotak bekal yang sudah dia siapkan. Di hadapannya berdiri gedung tinggi tempat kerja Donghae. Rasanya baru kemarin dia melihat Donghae bisa menjadi presdir di perusahaan ini menggantikan Jaejoong karena lelaki itu mendekap di penjara.
Tunggu.
Bukankah seharusnya Jaejoong sudah harus bebas? Jujur, dia merindukan lelaki itu. Walaupun dia sudah mempunyai suami, tapi setidaknya Jaejoong menjadi teman dekatnya. Bagaimanapun, hubungan Jaejoong dan Jessica dulu sangat baik. Yah dulu, ketika mereka masih bersekolah.
“Jessica-ya”
Deg
Kenapa ada perasaan aneh seperti ini? Dia seperti merasakan sosok Jaejoong disini. Jessica memutar badannya.
“Kibum?”
“kau kaget ya? Sampai wajahmu pucat seperti itu” Kibum menatap Jessica dari atas sampai bawah. Seluruh tubuh gadis mirip barbie itu bergetar hebat. Apakah karena kaget Kibum memanggil Jessica, Jessica sampai bergemetar seperti ini?
“ah tidak. aku hanya sedikit tidak enak badan. Kau sedang apa disini?”
“aku sedang menunggu Kevin, dia mengantarkan mobilku. Lalu kau sedang apa memandangi gedung perusahaan ini? Kau masuk saja tidak usah sungkan, lagi pula suamimu atasan disini”
“Kibum-ssi, aku merasakan ada kehadiran ‘dia’ disini” Jessica mengedarkan seluruh pandangannya ke seisi parkiran. Namun tidak ada lelaki itu.
“dia siapa? Jaejoong?…. tunggu, bukankah seharusnya dia bebas dari kemarin?”
Jessica menarik nafas panjang dan mengeluarkan perlahan. Keduanya tangannya memeluk tubuhnya sendiri, anginnya sedikit besar membuat tatanan rambutnya sedikit kusut.
“justru itu, apakah hubunganku dengan dia akan lebih baik lagi setelah kejadian 17 tahun yang lalu?”
“kau masih peduli padanya.. apakah kau…”
Kibum sedikit canggung untuk melanjutkan percakapannya.
“aku dan dia teman dari kecil, sudah sepantasnya aku memperdulikan dia. Heh, kau tidak ingat dengan Donghae? Dia itu sepupumu sekaligus suamiku juga. Sudahlah, bagaimana hubunganmu dengan YoonA?” Jessica melemparkan senyum pada Kibum, tak kalah, kibum juga melemparkan jurus killer smilenya.
“kami berencana akan membuat anak lagi” bisik Kibum.
“apa tidak terlalu jauh umur Sungyoung dengan anakm nanti? Sudahlah masuk dulu, dari pada menanggapi omonganmu” Jessica tersenyum dan mulai beranjak pergi. Kibum yang merasa tidak dihiraukan segera pergi mendekati gerbang menunggu Kevin.
“terima kasih karena kau masih mengingatku ice princess” Jaejoong tersenyum di balik pepohonan rindang dekat parkiran
***
Matanya masih menunduk membaca buku pelajaran tebal di tangannya. Sesekali Minho menarik nafas sejenak kemudian kembali membaca.
“jangan terlalu dipaksakan” Myungsoo menepuk pundak minho, membuat lelaki berperawakan tinggi itu memfokuskan pikirannya pada Myungsoo.
“aku tidak mengikuti ulangan kemarin, dan sekarang harus susulan” Minho menarik kedua sudut bibirnya menampilkan sebuah senyuman di bibirnya.
“apakah harus seserius itu? Oh ayolah Minho, hanya ulangan seperti itu saja kau sampai belajar mati-matian. Aku tahu kamu pintar, tapi seharusnya tidak seperti ini” Myungsoo membuka tras selempang yang selalu dia pakai ke kampus kemudian mengeluarkan sebuah buku pelajaran yang robek.
“kau lihat buku ini? Dosen menyangka aku terlalu sering membaca jadi meninggalkan tanda robek seperti ini. Padahal ini kerjaan adikku yang menyebalkan”
“kau tidak punya adik Myungsoo” potong Minho.
“iya.. iya aku tahu, tapi Sungyoung sudah aku anggap adikku sendiri”
Myungsoo mengambil sebuah lolipop dari saku kemejanya dan membuka plastik pembungkuk lolipop itu. Menjilatnya, tetapi sesaat kemudian dia keluarkan.
“kau mau?” tanyanya dengan wajah innocent. Minho menatap lolipop dan Myungsoo bergantian. “kau kira aku gila?” keduanya tertawa mendengar pertanyaan Minho.
“heh Choi Minho, apa kau masih mengejar noona itu?” tunjuk Myungsoo pada yuri yang membalas sapaan setiap mahasiswa lelaki yang menyapanya.
“kau tahu bukan dari dulu aku memang tertarik dengan wanita yang lebih tua. Tidak seperti kau yang mengejar-ngejar anak kecil.. siapa itu namaanya.. kalau tidak salah, Jung Soojung” Minho melipat kedua tangan dan dia simpan di dadanya, menantang Myungsoo yang masih memandang Minho dengan tampang polosnya. Siapa sangka Jung Soojung itu adalah krystal yang tak sengaja tertabrak sepedanya dulu. Tapi sayang Soojung memperkenalkan dirinya sebagai Krystal.
“terserah kau saja Minho. Tapi menurutku aku dan Soojung lebih wajar apalagi umur kami hanya terpaut 3 tahun”
“tapi umurku dan yuri noona hanya terpaut 2 tahun. Eh tunggu, kenapa akhir-akhir ini aku tidak bertemu dengan Mommy face?” Myungsoo mengernyit. Mommy Face? Perasaan dia tidak pernah mendengar nama itu di kampus. Apa maksud Minho, Mommy Face itu Kevin?
“maksudmu Kevin? Akhir-akhir ini Kevin selalu berusaha untuk dekat dengan adikku… ckckck padahal menurutku dia katakan saja perasaan dia pada Sungyoung, dia kan lelaki”
“siapa bilang dia lelaki? Kalau lelaki pasti aku akan menyebutnya Daddy face bukan mommy face”
“Minho jangan mulai ya leluconnya” Myungsoo menggelengkan kepalanya dengan sikap Minho. Kadang lelaki itu bisa diam dan Myungsoo bisa menggodanya. Kadang juga Minho bisa berubah menjadi ceria membuat Myungsoo atau Kevin yang dia jajah (?). apa mungkin lelaki itu mempunyai dua kepribadian ganda? Disosiasi mungkin?
***
Kevin menjalankan mobilnya dengan santai. Mungkin dia bisa mengulur waktu agar dia tidak begitu lama menunggu Sungyoung pulang sekolah. Ternyata berat baginya untuk pendekatan dengan wanita yang dia cintai.
SREETT
CKITT
Kertas yang terbang, untung saja dia langsung mengerem. Lagi pula untuk apa ada orang yang menerbangkan kertas di jalanan padat seperti ini? Tidak ada kerjaan. Kevin meminggirkan mobil Kibum, membuka pintu mobil dan mengambil kertas itu. Belum sempat tangannya mengayun untuk melempar kertas tidak berguna itu, tiba-tiba saja dia merasakan ada yang mengalir dari kertas itu dan sampai pada telapak tangannya. Kevin melihat tangannya, dan tangannya bergetar hebat melihat DARAH di sekitar telapak tangannya.
Buru-buru dia membenarkan kembali posisi kertas yang dia gulung. Tulisan berpena darah rupanya.
Hi Kibum! Kau pasti tidak mengenaliku, tapi istrimu mengenaliku. Perlakuan istrimu dan temannya Jessica, membuatku kesal sehingga ingin balas dendam pada kalian semua. Banyak sekali hal yang kulakuan tanpa kau sadari. Bahkan kau tidak tahu apa-apa mengenai anakmu. Aku hebat kan?
Aku sudah lelah untuk menghancurkan kalian semua, namun rasanya susah sekali. Jika kalian tidak bisa aku hancurkan, maka anakmu dan anak Donghae, bisa aku hancurkan. Sehingga kalian semua bisa hancur tanpa aku lukai sedikit pun.
Kevin meremas kertas itu kuat. Sungyoung, Krystal kedua wanita itu dalam bahaya besar sekarang. Bisa saja keduanya mati. Kevin mulai panik. Tarik nafas buang perlahan, tarik nafas buang perlahan. Setidaknya itu membuat Kevin sedikit tenang. “Kibum ahjussi tidak boleh tahu ini semua”
***
Kibum mengetuk-ngetukkan kakinya pada jalanan aspal wilayah kantor Donghae, Kevin belum kunjung datang. Tahu seperti ini, dia memilih naik taksi untuk sampai ke perusahaan Choi Corporation, membahas tentang Donghae pada Siwon, semoga saja lelaki itu bisa mengerti keadaan Donghae sehingga membatalkan untuk bersaing dengan perusahaan Lee Corporation.
Tidd.. tidd
Kibum membalikkan tubuhnya dan menyadari mobil miliknya ada di sana. “kenapa kau lama sekali Woo Sunghyun?”
Kevin tampak bingung dengan jawaban yang harus dia ucapkan. Seandainya dewi Fortune ada di sampingnya, dia tidak akan setegang ini. Tangannya mengayun memperlihatkan jam tangan yang dipakai Kevin.
“ahh ahjussi maaf aku harus pergi menjemput Sungyoung” Kevin membungkuk sebelum dia berbalik dan berlari menjauhi Kibum.
“sejak kapan dia menjadi supir…. heh Sungyoung sudah.. ahh” Kibum tampak kesal dengan Kevin, belum sempat dia melanjutkan perkataannya punggung Kevin sudah tak terlihat lagiu di belokan sana.
***
Teeetthhh teeeethh *suara bel sekolah/aneh*
Sungyoung keluar dari kelasnya dengan lesu. Kepalanya serasa ingin pecah dengan tes lisan tadi. Bahkan rasanya tas gendong yang hanya 2 buah buku tulis serasa berat sekali.
“kau pasti yang bernama Kim Sungyoung bukan?” tanpa menoleh Sungyoung mengangguk menanggapi seorang wanita berambut pendek, tinggi lumayan sama dengan dirinya, hanya saja seperti tinggi dia. Berpakaian layaknya lelaki.
“ayo cepat ikut aku” seorang lelaki yang bersama wanita tadi menariknya paksa. Sungyoung meronta kesakitan, dia sudah terlalu lelah, pusing dan sekarang ditarik seperti ini.
“Key, jangan kasar seperti itu” wanita tomboy itu mencoba melepaskan genggaman tangan key pada Sungyoung, mengingat keadaan Sungyoung yang parah bahkan untuk menengok dia saat bertanya tadi pun tidak.
“sudah ku kira pergi ke sekolah ini hanya menyusahkan” wanita tomboy bernama Amber itu tersenyum geli mendengar ocehan Key.
“sekalian kau menyesal karena terbang ke Korea” Amber kembali tersenyum kemudian mulai berjalan mendahului Key dan Sungyoung.
***
Kevin mengerem mobilnya tepat di gerbang sekolah Sungyoung. Dia tak peduli karena mobilnya menghalangi jalan keluar. Semua mata tertuju padanya.
“aku tahu aku itu tampan, tapi tak seharusnya mereka memandangku seperti itu” Kevin mendesah kesal. Matanya berkeliling mencari sosok Sungyoung yang memang biasanya ada di gerbang sekolah menunggu jemputan dari Kevin maupun Kibum. Sampai matanya tertuju pada Dongho yang mendekatinya, ah bukan mendekati Kevin, melainkan ingin keluar sekolah.
“heh bocah, kemana temanmu Sungyoung?” Kevin menjulurkan kepalanya keluar jendela. Dongho memutar bola matanya, berpikir sebentar.
“ah iya tadi Sungyoung dijemput oleh hyung dan noona tomboy” mendengar Dongho menyebut ‘noona tomboy’ sepertinya Kevin mengingat sesuatu. Bayangannya tertuju pada Amber. Oh iya dia lupa jika Key akan datang ke Korea, mungkin saja dia mengajak Amber ke sini. Tapi, apa mungkin Key yang mendahuluinya menjemput Sungyoung.
“Key, awas kau kalau sampai merebut Sungyoung dariku!!!”
***
“Hyung masih tetap ingin bersaing dengan Donghae hyung?” kedua ekor mata Kibum menangkap sosok Siwon yang tengah meminum secangkir tehnya.
“kenapa tidak? tidak kah kau ingat apa yang dilakukan perusahaan huyungmu itu pada perusahaanku?”
“Donghae hyung tidak melakukannya” Kibum menunduk, kejadian 6 tahun yang lalu memang hampir fatal. Gedung perusahaan Siwon yang sebagian terbakar, meninggalnya pengacara Siwon, dan meninggal salah satu karyawan Siwon. Dan anehnya kenapa semua bukti yang ada pada kecelakaan tersebut menunjuk pada Donghae.
“Tidak melakukan? Lalu jam tangan milik siapa itu jika bukan milik Donghae? Jam tangan dengan namanya sendiri” Siwon menarik nafas sebentar sebelum kembali melanjutkan. “untungnya aku masih mempunyai hati nurani sehingga tidak memasukkan Donghae ke sel tahanan”
“tapi aku yakin Donghae hyung tidak melakukannya”
“tapi itu keyakinanmu, bukan keyakinanku. Ya aku tahu Donghae mempunyai karyawan sekaligus pengacara sepintar kamu yang memiliki IQ tinggi. Tetapi aku juga mempunyai Tiffany dan Yesung. Sudahlah, tidak gunanya kau berada di sini, pulanglah”
***
“kau melamun lagi” Yesung menepuk pundak Yuri. Yuri tersenyum pada lelaki itu.
“aku dengar kau bekerja di perusahaan choi Corporation” Yuri menoleh pada Yesung. Sementara lelaki itu hanya menunduk, dia tahu apa yang membuat Yuri bertanya seperti itu. Karena wanita itu mempunyai dendam pada Siwon.
“ya, itu memang benar. Aku juga tidak tahu jika yang menawariku pekerjaan adalah Choi Siwon” Yesung menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Yuri tersenyum pada Yesung. Dia juga tidak mempunyai hak paten untuk melarang Yesung bekerj di sana. Tapi ada perasaan kecewa saat temannya itu bekerja di sana.
“kau tidak mengecewakanku, aku justru senang karena sahabatku ini mendapat pekerjaan” Yuri mencubit ke dua pipi Yesung gemas.
‘kapan kau akan menganggapmu melebihi sahabat?’ batin Yesung.
“bagaimana hubunganmu dengan bocah itu?” raut wajah Yesung berubah menjadi muram.
“Minho maksudmu? Aku dan tidak punya hubungan apa-apa. Dia sepertinya tertarik padaku, aku akan menjadikannya alat untuk balas dendamku”
***
Mobil merah itu berhenti di depan sebuah rumah mewah. Amber membuka pintu mobil bagian belakang, mempersilahkan Sungyoung untuk keluar.
“aku kira kalian menculikku, ternyata mengantarku ke rumahku sendiri” Sungyoung membungkukkan badan pada Amber, sementara matanya menatap sinis pada Key. Sungyoung hendak pergi ke dalam rumah tanpa memperdulikan Amber dan Key yang sebenarnya tamu ayahnya sendiri. Tetapi sebuah angan menggenggam tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya. Amber terkejut dibuat oleh Key yang tiba-tiba saja memeluk Sungyoung.
“pelukan dan ciuman di pipi sudah biasa bagi negara Amerika” ucap Key. Amber hanya menunduk, wajahnya sudah merah menahan tangis.
Sungyoung segera melepas pelukan Key. “negara Amerika dan Korea berbeda, ingat itu” kemudian berlari ke dalam rumahnya, dan menemukan YoonA dan Kibum yang hendak berjalan keluar. “Key, ayo masuk. Ajak sekalian temanmu masuk” perintah Kibum pada Key. Key memandang Amber yang masih menunduk. “ayo masuk, tak baik menolak ajakan orang tua” bisik Key.
***
“apa itu berarti aku dimanfaatkan olehmu hah?” Tiffany sudah mulai geram pada Siwon yang ada di hadapannya. Kedua tangannya sudah di kepal kuat.
“terserah kau saja kau mau menganggap ini seperti apa”
Minho membuka sepatunya dan hendak masuk kedalam rumah, namun langkahnya tertahan oleh suara gaduh dari dalam. Baru beberapa hari mereka sudah tidak bertengkar dan membuat keadaan rumah ini damai, dan sekarang perang terjadi lagi di antara mereka.
“urus saja perusahaanmu sendiri Choi Siwon, aku sibuk dengan butikku” Tiffany membalikkan badannya dan mulai beranjak pergi.
“Tiffany-ya, aku tahu apa yang kau lakukan di pertandingan basket sulli”
Langkahnya terhenti mendengar apa yang diucapkan Siwon. Dia tak sanggup berbalik.
“Yunho, dia ada di sana bukan? Jadi, kalian berdua sudah merencanakan ini semua? Berselingkuh kembali secara diam-diam dan….”
PLAKK
Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Siwon. Nafas Tiffany naik turun, emosi pada dirinya seakan melupakan perasaannya pada Siwon. Siwon menyeringai tangannya sudah meremas selembar foto di belakang punggungnya.
“kau masih ingat dengan ini?” Siwon menunjukkan selembar foto itu pada Tiffany. Tiffany tercekat, seakan struk ringan tiba-tiba saja terjadi padanya.
“pergi ke Amerika selama satu tahun. Aku tahu semua yang kau lakukan dulu bersama Yunho. Bahkan aku tahu dimana anak kalian berada sekarang” Tiffany menunduk menutupi wajahnya dengan poninya bukan hanya wajah tetapi air matanya dia tutupi. Siwon, tersenyum dengan berlinang air mata.
“tetapi aku memiliki perasaan lebih padamu Choi Siwon, jika tidak seperti itu, mungkin aku akan pergi, aku akan memilih Yunho. Karena aku mencintaimu Choi Siwon!!!” teriak Tiffany. Siwon tercengang, apakah dia begitu kejam pada Tiffany hingga membuat wanita itu jadi seperti ini?
Siwon masih menatap Tiffany, kepalanya menggeleng seolah tidak ingin melihat pemandangan di hadapannya. Dia berlari ke kamarnya.
“aku bahkan meragukan perasaanmu padaku”
***
Minho mendesah, tangannya tak henti mengusap air matanya. Namun salah, air mata itu malah tetap keluar dari matanya.
“untuk apa aku harus menjadi anak kalian?” Minho mengambil tas besar dari atas lemari pakaiannya. Memasukkan beberapa baju yang sekiranya dia perlukan. Kemudian tangannya menutup tas tersebut dan Minho mulai menggendongnya.
Berjalan mengendap-endap keluar rumahnya. Langit sudah hitam, tak ada penerang bulan dan bintang. Minho memejamkan matanya dan menarik nafas panjang.
“semoga ini keputusan yang tepat”

Sudah beratus-ratus langkah dia berjalan. Dia tidak tahu akan kemana. Dia hanya mengikuti kakinya yang melangkah. Namun kakinya membawa dia ke perumahan yang sudah tidak asing baginya.
“sepertinya ini komplek perumahan Krystal, dah rumah Myungsoo ada di sana”
Minho tersenyum riang. Mungkin Myungsoo bisa mengijinkan Minho menginap untuk sementara. Tangannya terayun ke atas memperlihatkan jam tangan silver yang dibeliakn ayahnya dulu. Jam 9 malam.
Kini kakinya menghantak-hentak di depan pagar rumah MyungSoo, tangan Minho menempelkan ponselnya pada daun telinganya. Tak lama sorot matanya menemukan sebuah rumah bercat putih kekuningan membuat dia teringat sesuatu.
Sesaat kemudian ada jawaban dari sebrang sana.
“Ya! Myungsoo, cepat buka gerbang rumahmu!!!”
“gerbang rumah? Kau mau apa ke rumahku malam seperti ini?”
“sudahlah jangan banyak tanya, aku takut ada nenek lampir datang dan memelukku karena saking tampannya aku”
“kau itu percaya diri sekali, akan ada nenek lampir yang memelukmu, melihatmu saja dia mungkin ketakutan. Baiklah aku akan turun ke bawah”
Klik
Minho kembali menutup flip ponselnya dan melihat salah satu kamar di rumah megah itu menjadi terang akan lampu. Ah sepertinya itu kamar Myungsoo. Kemudian seorang pria yang sudah sangat dia kenal datang menghampirinya.
Myungsoo melirik ke kanan dan ke kiri membuat Minho bingung. “sepertinya nenek lampir tidak datang malam ini”
“sialan kau Kim Myungsoo. Lihat dirimu! Memakai baju tidur dengan aksen panda? Apa kau sudah menghilangkan nama gentleman mu?” Myungsoo memperhatikan tubuhnya yang berbalut baju tidur pemberian Sungyoung.
“astaga kau benar. Kenapa adikku bisa sampai ceroboh membelikanku pakaian seperti ini?”
“kau yang terlalu bodoh tidak melihat aksen baju tidur itu”
“oh iya, ada apa kau kemari?” Myungsoo langsung ke inti pembicaraan.
“ah iya, bolehkan aku menginap di rumahmu untuk sementara?”
Myungsoo tampak menimbang-nimbang. Telunjuknya dia tempelkan di pipinya dan memutar bola matanya seolah berfikir. Aneh juga, Minh anak dari pengusaha. Dan rumahnya mewah sekali, kenapa harus ke rumahnya?
“ah baiklah, ayo masuk”
***
Jessica masuk ke dalam rumahnya. Tangannya asal merayap ke dinding rumah sekedar untuk menyentuh saklar lampu. Nafasnya naik turun, mengisyaratkan dia sangat lelah. Bodoh sekali dia harus menunggu Donghae di kantornya sampai jam seperti ini. Toh sekarang lelaki itu tak pulang bersamanya.
Tubuhnya dia hempaskan ke sofa beraksen sakura itu. Peluh keringat bercucuran di dahinya. Andai ada orang yang bisa membuat cokelat manis nan hangat untuknya malam ini. Dan sepertinya Krystal sudah tidur di kamarnya.
“anakmu sepertinya harus diobati terlebih dahulu”
Deg
Jessica terhenyak kaget dengan suara itu. Suara yang memang sudah lama tidak dia dengar, namun masih tetap dia mengenalinya. Suara indah itu milik Hero.
“k..kau?” tangan bergetarnya menunjuk Jaejoong yang menyimpan cokelat panas di hadapanya dengan smirknya yang khas.
“d.. dar…i mmm..mana kau tahu rumahku?”
“anakmu muridku, dia tadi jatuh di sekolahnya dan aku mengantarnya pulang”
Jessica menampilkan senyuman yang sedikit dipaksakan itu.
“ah sebaiknya aku melihat Krystal terlebih dahulu” Jessica beranjak dari kursi. Menundukkan kepalanya pada Jaejoong. Sesaat kemudian jessica berbalik, belum sempat dia melangkah telapak kakinya menendang kaki meja membuat kakinya berdenyut sehingga sudah tidak bisa menegakkan tubuhnya. Jessica menangkap lengan Jaejoong sebagai penahannya, namun sayang Jaejoong yang saat itu kaget ikut terjatuh. Sehingga posisi mereka akan membuat kesalahpahaman jika ada orang yang melihatnya. Tubuh Jaejoong yang berada di atas Jessica.
“umm… Jaejoong… kau bisa berdiri?”
Jaejoong terhenyak mendengar ucapan Jessica. Ah benar posisi mereka begitu dekat. Kemudian jaejoong menarik tubuhnya menjauh dari Jessica. Kemudian mereka kembali duduk di kursi.
“kenapa dia ada di sini?”
TBC
Yah lagi rame-ramenya ya bagian terakhir *GR banget ngatain karangannya bagus* udah kepotong ma TBC. Aku kan pingin kaya sinetron yang lagi rame-ramenya bersambung.
Banyak banget ya kompliknya? Aku jelasin deh..
Jadi gini, Siwon ma Tiffany itu udah lama nikahnya. Tapi Tiffany pernah selingkuh ma Yunho. Dan dia hamil anak Yunho. Nah Tiffany bilang ke Siwon dia ke Amrik untuk satu tahun. Padahal sebenarnya dia itu ngelahirin anaknya.
Terus kalo part JaeHaeSica, nanti aku jelasin di part selanjutnya. Nanti bukan surprise dong!!
RCL yahh, karya semua author itu harus dihargai. Kita tidak dibayar bukan untuk membuat ff? Berikan apresiasi kalian ya!!

2 thoughts on “Last Gift [3/?]

Leave a comment