ff spesial Minhyuk dan Dongho birthday “Fantasy”

Hallo, ini dibuat spesial buat abang Dongho dan Minhyuk tercinta *cielah* yang ultah di tanggal 28 dan 29 Juni. Aku benar-benar capek nyiapinnya, waduh kedua pacarku ini bener-bener ngeselin udah bikin aku capek. Udah ah ngayalnya, , baca aja ya ^.^ ini cerita aku gabungin jadi story I and story II.

___

<STORY I>

Title: star

Author : hyominstal/Anita Minhyo Minstal

Poster: SuperGeneration other fanfiction

Genre:

Romance | fantasy *maybe* | angst

Main Cast:

Kang Minhyuk (Leo)

Jung Seungli

Other cast:

Lee Minhyuk (BTOB)

Length:

Short story (oneshoot)

Summary: Kang Minhyuk – malaikat yang diberi tugas untuk mempersatukan Jung Seungli dan Lee Minhyuk, meyakinkan Seungli jika Lee Minhyuk masih mencintainya. Tapi siapa sangka jika pada kehidupan sebelumnya, Kang Minhyuk mengejar cinta  Jung Seungli hingga membuatnya mati?

___

Seungli menatap nanar pigura jumbo yang dipegangnya. Jari-jari lentiknya meraba bagian berbalut kaca itu. Sudah 6 bulan kekasihnya tidak pulang. Kadang dia merasa Lee Minhyuk sudah mempunyai gadis lain di California. Tapi perasaannya mengalahkan keraguan itu. Dia yakin Lee Minhyuk akan datang dan melamarnya sesuai yang lelaki itu janjikan dulu.

“gadis itu benar… benar…” Kang Minhyuk menjeda ucapannya. Benar-benar apa? Justru Seungli sangat baik karena rela menunggu kekasihnya selama setengah tahun.

Minhyuk menghela nafas panjang. “…setia”

Seungli menolengkan kepalanya ke ambang pintu, merasa ada makhluk yang memperhatikannya. Matanya menangkap seorang pria memakai kacamata berjaket hijau tua tengah memegang dadanya dengan mata tertutup.

“kau siapa?”

Minhyuk membuka matanya. Tangannya kembali turun dari dadanya. Dan membetulkan letak kacamatanya. “kau melihatku?” tunjuknya pada dirinya sendiri. “ini aneh. Mengapa bisa?”

Seungli menatap lelaki linglung di hadapannya. “akan semakin aneh, jika aku tidak melihatmu. Aku tidak buta pabo!” kakinya berjalan menghampiri Kang Minhyuk dan mulai menatap lelaki itu dari bawah hingga atas. “kau siapa? Kenapa kau ada di kamarku?”

“benarkah kau melihatku” Minhyuk mendekatkan wajahnya ke arah Seungli, menggerak-gerakkan hidungnya di wajah gadis itu. Seungli merasa risih dengan perlakuan Minhyuk, pikirnya apa dia bau?

“kenapa? Aku bau?” Minhyuk menghentikan aktivitasnya kinni bola matanya menatap Seungli. Cukup lama mereka bertatap muka. Minhyuk menempelkan tangannya ke dadanya sendiri. Jantungnya berdegup kencang, bahkan dia merasa jantungnya sakit.

“awhh..” ringisan Minhyuk membuat acara tatap muka mereka berhenti.

“kau belum menjawab pertanyaanku. Kau siapa?” tanya Seungli. Tunggu, bukankah pintu sudah dia kunci, semua jendela sudah dia tutup. “kau hantu?”

Minhyuk menghela nafas kesal.  Sudah dua hari dia berada di kehidupan manusia, dan selama dua hari itu, tak ada yang bisa menganggapnya malaikat melainkan hantu. “apakah ada hantu setampanku?”  ucapnya. “aku malaikat….”

Minhyuk menatap Seungli yang juga menatapnya dengan datar. Tidak ada reaksi terkejut darinya. “ohh..”

“kau tidak terkejut?” tanya Minhyuk hati-hati. Takut ketika dia selesai mengucapkannya, gadis itu malah berteriak.

“untuk apa aku harus takut? Tampang idiot sepertimu sepertinya akan lebih mudah ku bodohi” telunjuknya dia tempelkan ke dahi Minhyuk dan mendorongnya.

Minhyuk tersenyum sembari menepuk dadanya pelan. “aku sepertinya pernah melihatmu..”

***

Minhyuk duduk bersila di udara. Matanya menatap ke bawah melihat Seungli yang tak bisa berpisah dari pigura jumbonya.

‘semoga kau cepat kembali’ Seungli membatin. tangannya mengusap kaca pigura tepat di wajah Lee Minhyuk.

“dia akan kembali” Seungli menolengkan kepalanya ke atas menatap Minhyuk kesal.

“sebaiknya kau diam! Apa aku juga harus membisukan suara hatiku?”

Minhyuk tertawa. ‘gadis ini menyembunyikan perasaan dan kepribadiannya’, Minhyuk membatin. “Uhm.. siapa namanya?”

Raut wajah Seungli berubah muram. “Lee Minhyuk..” Seungli mengubah posisi duduknya. “kamu?”

‘rupanya lelaki itu memiliki nama yang sama denganku, dia Lee Minhyuk, aku Kang Minhyuk.’ Minhyuk menoleh ke arah Seungli. “Kang Minhyuk…”

“kalian memiliki nama yang sama rupanya..” Minhyuk tersenyum dengan ucapan Seungli sama dengan apa yang dia pikirkan. Dia keluar dari kamar Seungli menuju balkon. Menatap beribu-ribu bintang yang menempel di langit.

‘aku pernah melihatnya, tapi dimana? Aku baru sekali ke dunia manusia, kau ini ada-ada saja Kang Minhyuk’. Minhyuk tersenyum bodoh dan kembali memusatkan perhatiannya pada bintang.  Minhyuk kembali tersenyum menatap bintang di langit. “sepertinya aku mengingat sesuatu tentang bintang”

Minhyuk menghela nafas panjang, kemudian menutup matanya – bukan hanya untuk tidur, tapi berusaha untuk mengingat sesuatu.

“senior, bangunlah! Senior!” Seungli mengguncangkan tubuh seorang lelaki yang telah menyelamatkan nyawanya. Berulang kali dia menepuk pipi lelaki itu, namun tetap lelaki itu tak bergeming.

“mungkinkah aku akan mati di tengah cahaya bintang?” tanyanya dengan suara pelan hampir seperti sebuah bisikan.

“aigoo, senior bangunlah” Seungli mengguncang-guncangkan tubuh lelaki itu – panik karena ketika lelaki itu mengucapkannya, dia menutup mata.

;;;

Seungli menggeliat dalam tidurnya. Bibirnya terus bergerak menyebut nama “senior”. Keringat kering bercucuran di dahinya. Kejadian itu – kejadian satu tahun yang lalu. Sekarang Seungli tengah memimpikannya – mimpi buruk tepatnya.

Sedetik kemudian matanya terbuka, menatap sekeliling kamar tidurnya bak asing dengan tempat itu. “hosh.. hosh… kenapa aku harus memimpikan Senior Leo?”

Pikirannya kembali melayang satu tahun yang lalu dimana ada seseorang yang mengaku Leo mengirimkan banyak surat padanya. Tepat ketika dimana Leo akan menemui Seungli, lelaki itu meninggal.

“aku merasa wajah Kang Minhyuk mirip senior Leo” Seungli menyingklap selimut yang menutupi tubuhnya sampai leher. Kakinya berjalan ke luar kamarnya, mencari sosok Minhyuk.

Kepalanya beberapa kali dia tolengkan ke kiri dan ke kanan. “kemana dia?”  kakinya berhenti berjalan ketika dia melihat seorang pria tinggi berkacamata tengah menatap beribu bintang di langit.

“ehem..” dehemannya sukses membuat Minhyuk menghentikan aktivitasnya.

“kau belum tidur?”

“bagaimana aku bisa tidur jika aku bermimpi buruk?” Seungli berjalan menghampiri Minhyuk, mensejajarkan tubuhnya dengan lelaki itu. “kau menyukai bintang?”

“ne, aku menyukainya sejak aku masuk ke dunia manusia”

Seungli menatap wajah Minhyuk yang tak hentinya mengamati bintang. Pikirnya, andai jika Minhyuk membuka kacamatanya, apakah dia akan  mirip dengan senior Leo. “aku lebih menyukai bulan..”

“aku tidak tahu mengapa aku menyukai bintang. Ketika aku melihat bintang, aku seperti kembali ke kehidupanku. Tapi aku tidak tahu kehidupan yang mana”

“aku ingin bertanya, apa yang membuatmu datang ke kehidupanku?” Minhyuk menoleh mendengar pertanyaan Seungli.

“untuk meyakinkan, jika Lee Minhyuk akan kembali padamu”

Deg

“aku ingin melupakannya..” Seungli membalikkan badannya dan menutup mulutnya, takut jika Minhyuk mendengar isakannya.

“garis nasibmu, menunjukkan jika kamu harus bersama orang yang bernama Lee Minhyuk” Kang Minhyuk menunduk. Pikirnya, kenapa garis nasib Seungli tidak menunjukkan harus bersama orang yang bernama Kang Minhyuk?

***

“kau yakin tidak akan melupakan Lee Minhyuk?”  Hyun In memainkan sedotan jus melon nya. Minhyuk yang melayang di udara mengangguk, seolah menyetujui usul Lee Hyun In. Tapi, bukankah dia juga yang menyuruh Seungli untuk tidak melupakan Lee Minhyuk?

“kenapa?”

“kau masih bertanya kenapa? Aigoo Jung Seungli, sudah 6 bulan dia meninggalkanmu, dan dengan percaya kau yakin dia akan melamarmu setelah dia pulang..”

“lalu?” Seungli menautkan sebelah alisnya. Seungli menghela nafas kesal, temannya ini benar… benar…..

“susah sekali untuk berbicara denganmu, sudahlah. Aku pulang…” Hyun In berdiri kembali menyeruput Jus melon nya dan beranjak pulang.

***

Brukk

Seungli menjatuhkan tubuhnya di ranjang dengan seprai beraksen pikachu. Seharian ini setelah mengunjungi Hyun In, dia pergi ke pusat perbelanjaan sekadar membeli makanan, tapi siapa sangka dia menghabiskan banyak energi di sana untuk memilih baju hingga terkapar seperti ini. Seungli perlahan mulai menutup matanya.

Minhyk tersenyum dibuatnya, dia berkeliling kamar Seungli. Tangannya yang tidak diam memainkan alat kosmetik Seungli di meja riasnya. Matanya tertuju pada sebuah kotak berlapis kertas kado yang berada di sudut ruangan.

Minhyuk membawanya ke balkon rumah Seungli agar lebih leluasa membuka kotak itu tanpa diketahui Seungli.

“surat?” Minhyuk menatap kagum berpuluh-puluh surat dalam kotak itu ketika dia sudah selesai membuka kotak. Tangannya mengambil satu diantaranya. Dia merasa sudah tidak asing dengan surat itu, surat beramplop kuning dan merah jambu yang dirangkai dengan bunga plastik. Matanya kembali tertutup, dia sepertinya ingat suatu hal.

. “aku yakin, dia akan menerima surat ini” lelaki itu memasukkan surat ke dalam amplop merah muda.

Lelaki itu menepuk jidatnya pelan. “aku belum mengatas namakan surat ini” dia mengambil pena dan menuliskan nama “Leo” di amplop merah muda itu

Minhyuk memegang kepalanya, mencoba lebih keras lagi untuk mengingat suatu hal yang pasti ada hubungannya dengan masa lalunya.

“bintang di sini sangat terang ya Kang Minhyuk, andaikan aku bisa memandang bintang itu bersama seseorang yang akan kutemui malam ini” lelaki itu berbicara pada dirinya sendiri. Ya, tak perlu ditanya, lelaki itu memang Kang Minhyuk, dia sebenarnya bukan malaikat, dia hanya roh yang belum tenang.

“itu dia! Jung Seungli!” Minhyuk bersorak ketika menyadari Seungli ada di bawah akan menyebrangi jalan. Matanya menangkap kendaraan kecil berkecepatan maksimum yang melaju ke arah Seungli. Dia tidak punya banyak waktu jika harus turun terlebih dahulu ke bawah, akhirnya dia nekat loncat dari atas ke bawah untuk menyelamatkan Jung Seungli.  

“aku ingat, aku ingat! Jung Seungli… ahh.. pantas saja aku merasa tidak asing dengan wajahnya” Minhyuk bersorak-sorak di balkon rumah Seungli. Tapi sedetik kemudian tertawanya pudar, dia mengubah ekspresi wajahnya menjadi ekspresi sedih. “dia mencintai Lee Minhyuk, bukan Kang Minhyuk, lagi pula, dia tidak tahu Leo itu adalah aku”

***

Kang Minhyuk kini berada di sebuah ruangan bercat putih. Dia menatap kesal seorang pria yang masih terlelap. “dasar pemalas” Minhyuk membuka tirai agar cahaya matahari sepenuhnya masuk ke kamar pria yang menurut Minhyuk menyebalkan itu.

“Hey pemalas cepat bangun! Kau harus tanggung jawab!!!” lelaki itu sepertinya tidak melihat Minhyuk dia melirik ke kiri dan ke kanan. “heh, aku berbicara padamu Tuan Pemalas!!!”

“astaga! Apakah di rumah ini ada hantu?”

Kang Minhyuk menahan amarahnya. “kenapa semua orang menganggapku hantu? Tidak akan ada hantu setampan aku di dunia ini!”

“siapa kau? Kau berani-beraninya menjahiliku!” lelaki itu adalah Lee Minhyuk. Kang Minhyuk sudah tahu semuanya. Dia tahu Lee Minhyuk tidak ada di luar negri, dia ada di Seoul!

“aku tidak takut, Kang Minhyuk tidak akan takut dengan pecundang sepertimu!”

“tsk. Tak peduli aku melihatmu atau tidak, untuk apa kau datang ke rumahku?” Lee Minhyuk mencengkram seprai beraksen bendera Amerika Serikat itu. Rasa takut ya tentu saja ada.

“cepat kembalilah pada Jung Seungli, dia merindukanmu. Lagi pula kenapa kau harus berbohong kepadanya jika kau ada di luar negri…” Kang Minhyuk menyilangkan kedua tangannya, dan dia simpan di dadanya.

“aku tidak mau. Dan kau tidak perlu tahu kenapa aku meninggalkannya..”

“tsk. Aku sudah tahu semuanya tanpa kau harus memberitahuku. Yang terpenting sekarang, kau cepatlah kembali pada Jung Seungli, kalau tidak…”

“kalau tidak apa?”

“aku akan membunuhmu, bodoh. Aku tunggu kamu lusa nanti di bandara Incheon” Kang Minhyuk menghilang dalam kejapan mata. Dia terus menerus memaksa Lee Minhyuk untuk kembali pada Seungli, tapi siapa sangka hatinya bertolak belakang dengan tubuhnya.

:::

:::

Kang mengetuk-ngetukkan jarinya pada pagar besi balkon Seungli, kali ini bintang hanya sedikit, tidak seperti malam sebelumnya.

Pikirannya masih berkecamuk. Kenapa para malaikat harus membodohinya dengan mengatakan jika dia adalah malaikat? Padahal dia hanya roh yang belum tenang.

Dan kenapa juga harus Jung Seungli, yang pada kehidupan sebelumnya dia kejar-kejar?

***

Aju oraen meon yennal buteo

Na kkumkkweowatteon sarangi

Neo ingeol ara

Eonjena hamkke haejweo

Aju oraen Shiganeul neodo

Neul gateun jarieseo bitnajugil

Naemam neoegeman julke

Ni mam soge saegyeojin byeoldo

Ni mam sok bitnaneun byeoldo

Naege malhae yeongwonhi neol saranhae

Klik

Jung Seungli menempelkan ponselnya ke telinga tanpa melihat kontak nama yang tertera di sana.

“yoboseyo?” matanya masih terpejam, hanya mulut yang bekerja di sana.

“ Seungli-ah” Seungli membuka matanya lebar. Suara ini…. dia buru-buru melihat nama kontak di sana. ‘my lovely Minhyuk’.

“Minhyuk?” panggil Seungli agak ragu.

Kang Minhyuk terbangun ketika mendengar Seungli memanggil namanya. Tapi seketika dia memajukan bibirnya kesal karena Seungli berbicara dengan telepon. “kenapa aku dan dia harus mempunyai nama yang sama?”

“ya, ini aku Seungli-ah. Aku akan pulang besok, kau mau kan menjemputku di bandara?”

Seungli mengangguk-nganggukkan kepalanya. “tentu saja aku mau”

“ingat, jangan telat. Jam 10 KST kau harus ada di sana, mengerti?”

“iya, pabo”

***

Malamnya…

Seperti biasa, Minhyuk menatap bintang di langit, kali ini bintang itu lebih banyak, membuatnya lebih leluasa untuk melihatnya.

“ini akan menjadi hari terakhirku di dunia ini… aku akan pergi ke surga setelah aku melihatmu baik” Minhyuk mencengkram kuat pagar besi balkon itu.

“Kang Minhyuk?” Minhyuk membalikkan badannya menatap Seungli yang juga sama sepertinya memakai kacamata.

“aku ingin bertanya, kenapa kau menyukai bintang?” Seungli berjalan mensejajarkan tubuhnya dengan Minhyuk.

“ketika aku melihat bintang, aku seperti melihat orang-orang yang aku rindukan. Nanti juga, ketika kau melihat bintang, kau akan melihatku di sana” tunjuk Minhyuk pada bintang-bintang di langit.

“kang Minhyuk…”

“ye?”

“besok, aku akan menjemput Lee Minhyuk di bandara”

Minhyuk mengangguk.

“apa tugasmu sudah selesai?” tanya seungli. Minhyuk menunduk, dia juga tak rela meninggalkan Seungli, kenapa tugas ini sudah selesai?

“tentu saja sudah, dan aku akan pergi…” lantang Minhyuk meski hatinya bersedih ria di dalam.

“kenapa seperti itu?”

“aku seorang malaikat, jadi ketika tugas kita sudah selesai, kita harus kembali”

“Minhyuk-ah”

“ye?”

Seungli tak mengalihkan pandangannya dari bintang yang bertaburan di langit. “sepertinya aku pernah melihatmu. Kau mirip dengan Senior Leo….”

Grebb

Minhyuk memeluk Seungli erat. Dia tidak rela, dia tidak rela meninggalkan gadis itu di sini. Bisa kah dia membawa Seungli ke surga? Bisakah dia dan Seungli bersatu? Dua pertanyaan itu yang sedari tadi berkecamuk dalam pikirannya.

“malam ini, adalah hari terakhirku di dunia ini. Aku akan berbicara jujur… aku memang Senior Leo” Minhyuk menghela nafas panjang di bahu Seungli. “aku bukan malaikat, aku seorang roh. Kau pasti ingat dengan kejadian satu tahun yang lalu di mana saat itu aku meninggal karena menyelamatkanmu. Entah mengapa tuhan bisa mengirimku kembali ke dunia manusia hanya untuk bersamamu. Mungkin, karena aku tidak pernah mengatakan perasaanku, kehidupan sebelumnya, bukankah aku hanya bermain surat denganmu kan?”

Seungli mengangguk dalam dekapan Minhyuk.

“sekarang aku akan mengatakannya, aku mencintaimu. Selamat tinggal Jung Seungli..” perlahan tubuh Minhyuk memutar seiring dengan angin yang menusuk Seungli. Sekarang Seungli tidak memeluk apa-apa, dia hanya memeluk udara.

“aku juga mencintaimu, Kang Minhyuk”

***

“aigoo kemana Lee Minhyuk? Heh Seungli, jam di rumahmu benar bukan?” Hyun In mengedarkaan semua pandangannya ke sekeliling bandara.

“iya benar, malah aku mempercepat jamnya supaya kita tidak terlambat…”

“bagaimana ini? Dia bilang akan jam berapa ada di bandara?” tanya Hyun In.

“jam 10 KST” jawab Seungli lemas. Bagaimana jika dia terlambat? Apa yang akan dilakukan Lee Minhyuk?

“kalian tidak terlambat” Hyun In dan Seungli membalikkan badannya, dan melihat pria bertubuh eror sedikit pendek tengah menarik kopernya.

“Lee Minhyuk!” Seungli berlari ke arah Lee Minhyuk, dan memeluknya erat. “jeongmal bogoshipoyo~”

Lee Minhyuk mengelus rambut Seungli. “nado”

“oh iya, bagaimana jika kita merayakan kepulangan Lee Minhyuk, aku juga akan mengajak SungJae oppa” sorak Hyun In. Seungli dan Lee Minhyuk mengangguk. Mungkinkah ini hadiah dari Kang Minhyuk? Dia kembali mempersatukan Seungli dan Lee Minhyuk.

***

Tap tap

Seungli berjalan ke arah balkon rumahnya – tempat favorit Kang Minhyuk. Tangannya megenggam kuat pagar besi balkon.

Sekarang dia tahu kenapa Minhyuk menyukai bintang. “ternyata benar, ketika melihat bintang, kita akan melihat orang yang kita rindukan berada di sana” telunjuknya mengarah pada bintang di langit. “dan aku juga melihatmu Kang Minhyuk..”

“benarkah?”

Seungli menoleh ke samping, di mana ada seorang pria berjas putih, celana putih. Dia adalah Kang Minhyuk.

“ya, kau bisa melihatku di sana. Aku pasti akan merindukanmu Seungli-ya”

Seungli mengangguk, air matanya mulai turun. “tentu saja kau akan merindukanku”

Minhyuk tersenyum. “selamat tinggal….” sama seperti malam sebelumnya, tubuh Minhyuk memudar dan menghilang bak di terbangkan angin.

“selamat tinggal, Kang Minhyuk… i’m still loving you although you leave this World”

#FIN

###                                                               

<STORY II>

Title: 0330

Author : hyominstal/Anita Minhyo Minstal

Poster: SuperGeneration other fanfiction

Genre:

Romance | fantasy *maybe* | friendship

Main Cast:

member u-kiss

Jooyeon as Jung Seungli

Lee Sang Hee

Length:

Short story (oneshoot)

Summary:

Shin Dongho – pelajar siswi Hanlim art high school yang kecewa karena takdir mempermainkan hatinya dengan datang seorang gadis tapi – hanya fiksi belaka.

___.

Eli masih memperhatikan Dongho yang terlelap.. ouhh sudah berapa jam dia berdiri di dekat tembok memperhatikan Dongho?

Kedua sudut bibirnya tertarik menampilkan sebuah senyuman. Bahagia karena sahabatnya bisa tidur dengan tenang.

Dia kasihan pada sahabat termudanya? Tentu saja. Kejadian itu bukan kejadian biasa yang dialami banyak orang. Dia bahkan tidak percaya pernah melihat kejadian itu secara langsung pada diri Dongho.

Memang menyakitkan jika ternyata orang yang kita cintai tidak ada pada dunia nyata, melainkan hanya fiksi.

***

***

 

Kiseop menatap cokelat itu. Tangannya menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal. Sering kali dia tersenyum bodoh menatap cokelat yang diulurkan adik kelasnya.

“bagaimana Oppa?” Dongho dan Hoon yang memang ada di sana menunggu Kiseop tersenyum kecil dengan tampang bodoh temannya. Ah sepertinya Kiseop tidak mengerti maksud Lee Sang Hee.

“ye?” tanya Kiseop polos. Dongho menepuk jidatnya pelan. Astaga, apa yang ada di pikiran huyungnya sampai dia seperti orang bodoh?

“Jadi bagaimana? Oppa mau menjadi kekasihku?” Sang Hee menatap Kiseop berbinar-binar menunggu jawaban lelaki itu ya meski jika pada akhirnya Kiseop menolak mungkin mata itu tidak akan berbinar-binar lagi.

“hah?” kaget Kiseop. Tubuhnya melesu tiba-tiba. Bukan menolak, tapi kenapa harus Sang Hee yang menembaknya? Kenapa bukan dirinya saja.

“kenapa oppa kaget? Oppa tidak mau?” senyum itu memudar dan diganti dengan raut sedih.

“bukan seperti itu, baiklah… aku mau” Kiseop akhirnya menerima cokelat itu. Sang Hee menatapnya tak percaya – menutup wajahnya tidak membiarkan Kiseop menatap wajah merahnya.

“Gomawo Oppa”

Cupp.

Kiseop merasa basah di sekitar pipinya. Gadis yang sudah berlari itu menciumnya? Astaga beraninya seorang adik kelas mencium seniornya.

“Kemarin, Kevin hyung jadian dengan Sung Young, dan sekarang Kiseop Hyung. Ah kapan aku akan mendapatkan seorang kekasih?” Dongho berjalan mendahului Kiseop dan Hoon yang merasa iba dengan ucapan magnae itu. Tangannya memainkan ranting pohon di dinding sekolahnya. Kiseop dan Hoon saling tersenyum kemudian mereka berlari ke arah Dongho dan menghiburnya.

“sepertinya kau melakukan kesalahan sehingga membuat tuhan marah dan tidak memberimu pasangan” ujar Kiseop. Dongho mengerucutkan bibirnya kesal dengan omongan huyungnya.

Tidd.. tidd..

Mereka bertiga terdiam mendengar suara klakson ah rupanya klakson itu berasal dari mobil sport hitam yang berada di hadapan mereka, siapa lagi jika bukan Kevin.

“hey, kalian sampai kapan akan berdiri di sana? Cepat naik” tutur Kevin.

“ah Hyungdeul sepertinya aku tidak bisa ikut dengan kalian, aku harus membeli buku”

“ah baiklah, jangan pulang malam” pesan Hoon.

***

Dongho keluar dari toko buku. Matanya menangkap sesuatu yang basah dari langit – hujan. Kantong kresek yang berisi buku yang baru saja dia beli dia masukkan ke dalam tasnya dan kemudian dia mengambil langkah berlari menembus hujan ke sebrang sana.

Dongho menjulurkan tangannya, membiarkan rintik hujan membasahi telapaknya. Sepertinya dia akan pulang sore mengingat hujan sangat deras.

“seragamku basah…” seru seorang wanita di samping Dongho. Dongho melirik sekilas, seragamnya sama dengan seragam yang dipakainya, berarti dia juga bersekolah di Hanlim.

Dongho mengambil handuk kecil dari tasnya dan memberikannya pada gadis itu.

“sepertinya kau membutuhkan ini” gadis itu menatap sekilas handuk kecil yang diulurkan Dongho kemudian menerimanya.

“gomawo..”

“Cheonma..”

“sepertinya hujan tidak akan berhenti sekarang…” Dongho tak mengalihkan pandangan di depannya. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan ucapan Dongho. “sepertinya kopi bisa menghangatkan, aku akan mentraktirmu…”

***

Sepatu itu terlihat basah kuyup. Sepatu itu tidak dipakai pemiliknya, melainkan dia jemur di sudut meja kedai kopi itu. Dongho sepertinya tidak ingin kakinya bau.

Dongho melirik ke samping, melihat Jung Seungli yang menyeruput kopi seolah menyicilnya agar tidak kehilangan aroma kopi terlalu cepat.

“apa benar kau tidak ingin kopi? Bukankah tadi kau yang menawariku” Dongho menolengkan kepalanya menatap Seungli, kemudian menggelengkan kepalanya.

“aku baru ingat jika aku alergi kopi” bohong, bukan itu alasan sebenarnya. Dongho sama sekali tidak alergi pada kopi, hanya saja sebenarnya uang jajan dia habis. Dan gengsi seorang Shin Dongho terlalu besar, membuatnya berbohong pada Seungli.

Tangannya bergerak ke arah kaca berembun itu. Telunjuknya menari di kaca itu membentuk LOVE. Seungli menengokkan kepalanya ke arah cermin yang Dongho gambar. Lelaki itu sepertinya menyadarinya, dia buru-buru menghapus ‘hasil gambarnya’.

“ini!” Dongho menatap kopi yang tinggal setengah cangkir itu. “meski kau alergi pada kopi, aku jadi tidak enak padamu yang tidak meminum kopi” tutur Seungli. Dongho tersenyum kemudian meminum kopinya.

..

“bukankah itu Dongho?”tanya AJ pada Eli yang sibuk memainkan laptop applenya. Eli mengikuti arah tunjuk AJ dan menemukan Dongho di sana.

“dia berbicara dengan siapa?” tanya Eli. AJ menggeleng pelan kemudian menepuk pundak Eli.

..

“kau bisa bermain piano?” tanya Dongho disela acara meminum kopi. Seungli memandang Dongho.

“dulu aku pernah bisa bermain piano, tapi sekarang aku lupa”

“bagaimana jika besok, kau ke rumahku. Aku bisa bermain piano, aku akan mengajarimu”

***

Dua puluh jari itu menari di piano cokelat. Kadang mereka bercanda ria. Namun sayang, sebentar lagi, kebahagiaan yang dimiliki mereka, ah tidak kebahagiaan yang dimiliki Dongho akan hilang seiring berjalannya waktu.

..

Ke enam teman Dongho tengah berkumpul di kamar Kevin. Dongho melarang mereka untuk keluar kamar, dia takut jika para hyungdeulnya menggagalkan rencananya.

“rupanya Dongho kita sudah besar…” Kevin menyandarkan kepalanya pada bantal.

“sampai harus memenjarakan huyungnya di kamar..” sambung Kiseop.

Eli dan Aj saling melempar pandang. Mereka tidak begitu yakin apa yang mereka lihat di kedai kopi kemarin, sulit dipercaya.

“umm… apakah kalian tahu siapa gadis itu?” tanya AJ ragu. Kevin mengangguk mantap.

Badannya kembali dia tegakkan. “kemarin, Dongho bercerita dia menyukai seorang wanita yang bernama… Jung Seungli”

“apa kau pernah bertemu dengannya?” serobot Eli. Kevin menggelengkan kepalanya, ada yang aneh diantara kedua sahabatnya ini.

“kemarin, aku dan AJ melihat dia di kedai kopi, dan dia tertawa, mengobrol. Tapi…” Eli menatap ke empat teman lainnya. Sepertinya dia susah untuk menelan saliva. “tapi, menurut penglihatan kami, dia hanya seorang diri di sana”

“kau jangan bercanda Eli-ya” Kiseop tertawa hambar, dia tidak begitu percaya dengan ucapan teman sebayanya.

“jika kau tidak percaya, kau bisa melihatnya di ruang piano” tantang Eli.

Kiseop mengangguk. “baik aku akan ke sana”

“aku ikut” serobot Soohyun dan Hoon.

..

“kau harus memulainya dari awal terlebih dahulu, seperti ini” Dongho menekan tuts piano di nada F sebanyak empat kali.

Seungli mengikutinya. “ini terlalu mudah Oppa”

“apa yang kau katakan? Kau memanggilku Oppa?” seru Dongho tak percaya.

Seungli memalingkan wajahnya berpura-pura memainkan piano. “tidak”

“jangan seperti itu. Ayo sekali lagi panggil aku oppa” Seungli mengerucutkan bibirnya kesal – kemudian keduanya tertawa.

“Seungli-ya”

“ye?”

“mungkin kau tidak akan percaya, dan menganggap ini terlalu cepat. Tapi… maukah kau menjadi kekasihku?”

Seungli menggigit bibir bawahnya. “baiklah..”

..

“ternyata benar…” Soohyun yang berdiri menyandarkan punggungnya ke daun pintu terlihat lesu dengan apa yang dia lihat, kemudian dia menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Kiseop yang ada di sana dengan mengacak-ngacak rambutnya.

Hoon yang saat itu tengah “berpura-pura” membaca buku, mengakhiri aktivitasnya. Semuanya nyata, Dongho GILA?

***

Dongho memutar telepon, sepertinya dia sudah tidak sabar mendengar suara milik Seungli meski via telepon.

Ke enam temannya memperhatikan, ya meski jika Dongho membalikkan badan mereka akan memalingkan wajahnya.

Mereka tampak prihatin dengan kondisi Dongho, tapi apa yang harus mereka lakukan? Menyuruh Dongho untuk melupakan gadis itu? Tidak kah itu akan membuat Dongho kecewa?

Telpon sepertinya sudah tersambung, Dongho ya seperti biasa basa-basi terlebih dahulu. Dongho tertawa. Tapi siapa sangka jika yang berbicara itu bukan Seungli, melainkan operator. “nomor yang anda tuju belum terpasang”.

Kiseop dan Hoon menghela nafas panjang, Kevin yang tengah mendengarkan lagu dari headsetnya mencabut paksa sebelah headsetnya kesal. Sepertinya percuma saja dia menutupi telinganya dengan headset tapi suara kikikan Dongho tetap terdengar. Memang apa lucunya berbicara dengan operator?

AJ menggaruk tengkuknya – kemudian menelungkupkan wajahnya di meja. Eli menyimpan buku merah jambu yang dipegangnya kasar. Kelakuan sahabatnya memang keterlaluan. Kemudian dia turun dari meja – yang dia duduki. Sepertinya dia ingin menghampiri Dongho.

“hyung, kau akan kemana?” Kevin menahan lengan Eli, tapi sayang lelaki itu malah menghempaskan genggaman tangan Kevin.

Eli menatap Kevin tajam. “aku tidak bisa membiarkan dia gila seperti ini” kemudian kembali melanjutkan langkahnya menghampiri Dongho.

“sepertinya kau sudah salah berbicara dengan seseorang Shin Dongho, Tidak ada yang bernama Jung Seungli di dunia ini. Kau harus sadar” Eli mendorong tubuh Dongho hingga telepon yang dipegangnya hampir terlepas dari tangannya.

Dongho kesal dengan kelakuan Eli, dia menjatuhkan teleponnya kesal. “apa maksudmu hyung? Apa aku tidak boleh memiliki kekasih sampai kau seperti ini?”

Eli menghela nafas panjang. ah sepertinya adiknya tidak bisa mengerti. “kau ingat ketika kau dan Seungli di kedai kopi? Aku dan AJ ada di sana. Aku masih wajar jika kau tersenyum sendiri, tapi… ketika kau menolengkan kepala ke samping dan mengobrol dengan udara, kami merasa kau….”

“gila? Aku benar-benar kecewa dengan ini..” Dongho hendak melangkah tapi Kiseop menahannya.

“saat kau bermain piano dengan Seungli, aku tidak melihat makhluk lain di sampingmu…” Dongho menatap Kiseop tajam, dua huyungnya sepertinya memang berniat untuk menghalangi Dongho dan Seungli, tapi keras kepala Dongho memang tinggi hingga ucapan huyungnya tidak diperhatikan.

“Dongho…” panggil Soohyun.

“Dongho… dengarkan kami, lupakan Seungli” tutur Kevin.

Dongho memegang dada Kevin dan mendorongnya pelan. “itu terlalu sulit untukku Hyung”. Kemudian mengambil langkah, tak lupa dia menghela nafas panjang membuat anak rambutnya terbang.

‘apa benar Seungli tidak ada?’ Dongho membatin. Sebelah tangannya mengusap wajahnya, tidak percaya dengan hal yang sepertinya tidak mungkin terjadi.

AJ menepuk pundaknya pelan. “kau berhalusinasi, Jung Seungli, dia sudah meninggal 1 tahun yang lalu, dia siswi Hanlim art high school, kau tidak tahu jika dia sudah..

Meninggal..?”

Eli tersenyum, kemudian berjalan menghampiri Dongho kemudian menepuk bahunya sama persis seperti yang dilakukan Aj. “kamu dan dia tidak akan bisa memotong kabel, kau pasti akan terus mengingatnya. Semuanya akan baik jika kau memulai lagi dari awal, untuk itu, tersenyumlah”. Dongho menatap Eli. Sedetik kemudian, kedua ujung sudut bibirnya tertarik, dan magnae kembali tersenyum.

***

***

 

Dongho merentangkan kedua tangannya, tidur siang kali ini benar-benar nyenyak. Sekarang jam berapa? Dongho menolengkan kepalanya menatap jam di samping ranjangnya. 03.30? ah dia tiga jam tidur siang, padahal biasanya dia tidur paling lama dua jam.

Matanya menangkap seorang lelaki yang berdiri di dekat tembok. Dongho tersenyum, sepertinya dia mengetahui lelaki itu meski punggung lelaki itu menghadapnya.

“Eli hyung?” panggil Dongho. Eli sepertinya tersentak, dia buru-buru menghapus air matanya. Mengingat kejadian belakangan ini membuatnya mengeluarkan cairan bening itu.

“ye?”

“sedang apa kau di sana?”tanya Dongho, sebelah alisnya naik. Eli tersenyum bodoh, dia menggaruk kepalanya bingung.

“tadinya aku ingin membangunkanmu, tapi sepertinya kau tidur terlalu nyenyak…

Ah Dongho, aku keluar..”

Eli menutup pintu kamar Dongho. “apa kau sudah melupakannya?”

***

<Besoknya>

“ah sial” runtuk Dongho ketika dia melihat hujan turun dengan lebat. Kiseop pulang dengan Sang Hee, Hoon, lelaki itu tidak sekolah. Masa iya dia harus pulang basah kuyup?

“naik bus lebih baik…” tanpa aba-aba dia berlari menembus hujan menyebrangi jalan, karena halte bus ada di sebrang sekolah. Tangannya mengusap-ngusap seragamnya yang basah. Dia mengambil handuk kecil dari tasnya dan mengeringkan seragamnya, ya meski hanya sedikit kering.

Matanya menatap handuk kecil itu. “handuk ini pernah kuberikan padamu, tapi kenapa masih ada padaku?”

“… ah iya aku lupa, kau itu hanya fiksi bahkan ketika aku pertama kali melihatmu dalam hujan, itu hanya fiksi..”

Dongho sampai di rumahnya. Dia menolengkan kepalanya ke samping kanan melihat hutan yang dipenuhi pepohonan. Memang rumah ini dekat sekali dengan hutan, tapi dia tidak merasa angker. Matanya menatap jam tangan hitam di tangannya. Sekarang pukul 03.30 tepat.

Matanya menangkap sosok gadis yang tengah memainkan piano. “tidak mungkin itu Seungli…”

Dongho hendak masuk ke dalam rumah, tapi kakinya menyuruh tuannya untuk diam. Dongho mengucek matanya, apakah ini nyata?

Kakinya kembali membawa Dongho menghampiri gadis itu. Nada F yang dibunyikan empat kali terdengar di telinganya. Dongho tersenyum.

‘tak peduli dia nyata, atau tidak, tapi aku pernah mencintainya…” mereka berdua bermain piano. Ke enam temannya memperhatikan mereka dari halaman rumah.

“aku benar-benar rumit dengan kisah Dongho” tutur Kevin.

#FIN#

Gak yakin nih ff bakal dapat respons.

 

3 thoughts on “ff spesial Minhyuk dan Dongho birthday “Fantasy”

  1. apaan nih? massa dua-dua epep nya kagak ada yg bersatu? -__- eonn paling seneng sama kisahnya seungli dan minhyuk, tapi sayang kagak bersatu. kalo yg 0330 eonn mikirnya apa si dongho kagak setres tuh? tapi untunglah nggak bersatu, nanti dikira orgil lagi kalo tetep ngayal. bagus kok, nggak ngebosenin juga. nice epep lah bocah~

Leave a comment